Hubungan
kedekatan antara keluarga dan anak remaja menentukan konsep diri anak. Ketika
keluarga tidak bisa memberi rasa nyaman, tidak mampu menunjukkan kepercayaan
kepada anak maka anak memiliki penilaian buruk tentang keluarga. Mereka akan
mencari pelarian di luar yang membuat anak nyaman. Ini akan mempengaruhi
bagaimana remaja memandang dirinya, menentukan identitas dirinya, dan membentuk
masa depannya. Masa remaja menghabiskan lebih banyak waktu diluar bersama
dengan teman-teman sebaya dibanding berkumpul dengan keluarga. Mereka
membentuk kelompok bergaul dan akan membuatnya khas sebagai identitas diri
mereka.
Banyak yang tidak diketahui bagaimana cara orangtua
menghadapi anak-anak remajanya. Karena pada masa-masa remaja, seringkali remaja dihadapkan
pada pilihan-pilihan yang sulit, permasalahan-permasalahan yang menurut remaja
adalah kompleks, pemecahan masalah yang hanya dilihat dari egosentris para remaja.
Dan yang para remaja butuhkan hanyalah kebutuhan untuk didengarkan!
Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa
kanak-kanak menuju masa dewasa. Masa-masa peralihan inilah yang menjadi masa
sulit. Untuk memasuki masa dewasa, remaja dihadapkan dengan penyesuaian kebiasaan selama kanak-kanak. Selain adanya perubahan seksual primer, menarche (menstruasi pertama) kemudian
dengan munculnya perubahan seksual sekunder (munculnya rambut-rambut pada
bagian kemaluan, payudara yg membesar, pinggul melebar pada perempuan)
perubahan pada remaja juga terdapat pada perkembangan-perkembangan kognitifnya.
Kemampuan berfikir abstrak daripada pemikiran seorang anak. Remaja seringkali memunculkan
situasi-situasi khayalan, menentukan hipotesis- hipotesis dalam kemungkinan
pemutusan masalah dengan menggunakan penalaran yang benar-benar abstrak
(Santrok, 2002). Selain pemikiran abstrak para remaja juga memiliki
pemikiran-pemikiran idealis. Berfikir tentang ciri ideal dirinya, penilaian
terhadap orang lain dan membandingkan dirinya dengan orang lain.
Perlu diketahui bagi orangtua yang kemungkinan beberapa
diantaranya pasti tidak tahu bagaimana cara menghadapi ABG (anak baru gede)
bahwa yang mereka inginkan adalah didukung apa yang menjadi keinginannya dan
didengar apa yang menjadi keluhannya. Karena remaja bersifat egosentris, ada
kecenderungan “dongeng pribadi (the
personal fable) yaitu bagian egosentris remaja yang meliputi perasaan
khas/unik seorang anak remaja”. Perasaan seperti ini yang sering memicu
perselisihan anak dengan orangtua, misalnya remaja putri yang merasa
ibunya tidak memahami perasaannya ketika patah hati.
Pengambilan-pengambilan keputusan yang egoistis dari remaja menimbulkan
perselisihan. Disinilah perlu adanya pemahaman perlakuan orangtua kepada
remaja-remajanya. Orangtua memiliki peran pengawasan dan bimbingan untuk
pengambilan langkah-langkah remaja. Mengawasi bukan berarti melarang bukan juga
membatasi ruang gerak remaja, namun memberi kebebasan yang bersyarat dan memberi
kepercayaan kepada remaja untuk berekspresi untuk membantu mereka menemukan
jati diri positif.